Nabire, Bumiofinavandu – Enam orang pejuang muda dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Kehadiran mereka (Pejuang muda) ini melakukan penelitian terkait Data Terpadu Kesejahteraan Sosial). Mereka (para pejuang muda) tersebut sedang mendata warga di Distrik Nabire selama satu bulan terhitung Oktober akhir hingga November akhir).
Program tersebut diikuti oleh kurang lebih 5.140 mahasiswa, yang tersebar di berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Dan Kabupaten Nabire mendapatkan jatah enam orang mahasiswa. Mereka adalah Khoirul Fuad Amin (Universitas Islam Raden Rahmat malang), Tisa (Universitas Sam Ratulangi Manado), Salwa (Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa), Yuli Yulanda Boseren (Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimus Sorong), Adinda Fairuz Nafis Hadi (Universitas Padjadjaran Bandung), serta Khairunisa Putri Hamid M. Ake (Universitas Negeri Gorontalo).
“Untuk di Nabire kami ada enam orang dari beberapa perguruan tinggi,” kata Tisa, dari Universitas Sam Ratulangi, Manado di Kantor Kelurahan Morgo. Rabu (17/11/2021).
Tisa menjelaskan, beberapa output yang akan dihasilkan dari penelitian ini antara lain dari segi skill sebagai mahasiswa tentang kemampuannya dalam mencari data dilapangan. Sementara membantu Kemensos dalam memperbaiki data terpadu kesejahteraan sosial, yang akan menjadi pertimbangannya (Kemensos) apalah penerima bantuan benar-benar tepat sasaran.
Sementara di lapangan dilapangan kata Dia, terkendala yakni jarak tempuh dari rumah ke rumah sesuai target penelitian, juga termasuk terbatasnya anggaran untuk penelitian.
“Ada sedikit kendala, terutama kami orang baru di Nabire,” jelasnya.
Menurut Tisa, kendala lain yang dihadapi adalah bahwa terdapat masyarakat yang kurang percaya dengan kehadiran para pejuang muda. Lantaran sebagian masyarakat mengakui, pendataan sering dilakukan oleh berbagai petugas namun bantuan tak kunjung tiba. Belum lagi ada masyarakat yang hidupnya layak atau berkecukupan namun masih mendapatkan bantuan sosial.
Petugas Kelurahan, RT dan RW sangat komunikatif dalam mendukung pendataan.
“Disini kami memberikan pemahaman bahwa kehadiran kami hanya sebagai mahasiswa yang untuk mendata. Dan nantinya data kami disampaikan ke Kementerian,” ungkapnya.
Plt, Lurah Kelurahan Morgo, Agustinus Renwarin mengaku telah mengarahkan para pejuang muda sesuai dengan petunjuk dari Kemensos. Sehingga, tugas ini diharapkan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
‘Jika ada masalah di lapangan, saya ajak untuk kami berkoordinasi,” aku Renwarin.
Dilansir dari https://kemensos.go.id Menteri Sosial Tri Rismaharini meluncurkan Program Pejuang Muda kolaborasi Kementerian Sosial dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) sebagai bagian dari upaya percepatan pengentasan masalah sosial di Indonesia, secara virtual pada Jumat (17/09) silam.
“Program ini nantinya memiliki fokus social entrepreneurship (kewirausahaan sosial). Mahasiswa diberikan kesempatan mencari pengalaman di lapangan secara langsung ke daerah prioritas yaitu daerah pasca bencana, daerah kantong-kantong kemiskinan, daerah Komunitas Adat Terpencil (KAT) di seluruh nusantara,” kata Mensos.
Program Pejuang Muda adalah laboratorium sosial bagi para mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret. Melalui program setara 20 Satuan Kredit Semester (SKS) ini, mahasiswa akan ditantang untuk belajar dari warga sekaligus berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah, pemuka masyarakat, tokoh agama setempat serta seluruh stakeholder penggerak sosial di daerah.
Dalam program ini, mahasiswa berperan sebagai agen perubahan sosial, melalui kegiatan pemetaan masalah, identifikasi alternatif solusi, formulasi solusi terbaik, perencanaan sumber daya dan capaian, pengerahan peran serta elemen masyarakat, implementasi dan pelaporan serta pengukuran dampak.
“Mahasiswa juga bisa mengikuti kategori program sesuai jurusan atau isu yang menarik baginya antara lain isu Pengembangan Program Bantuan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lansia, Pola Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan, dan Fasilitas untuk Kepentingan Umum,” katanya.(*)