Nabire, Bumiofinavandu – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua, melalui Dinas kehutanan dan Lingkungan Hidup Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPHL) unit II Nabire. Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), Dan pelatihan pengelolaan produk kopi pinang dan sari pinang jahe, bagi kelompok tani hutan (KTH) di Pelangi Papua, Karadiri Nabire, Distrik Wanggar, Nabire-Papua.
Sosialisasi yang dihadiri oleh Kepala Distrik Wanggar dan sejumlah anggota KTH Pelangi Papua tersebut berlangsung di Balai Kampung Karadiri, pada Kamis (08/12/2021).
Kepala UPTD KPHL unit II Nabire, Mario Duwiri mengatakan, program tersebut dilaksanakan hampir di setiap Tahun berjalan. Dan yang dilaksanakan hari ini merupakan yang ketiga kalinya di Tahun 2021 ini.
Pertama, pelatihan dan pembinaan terhadap petani binaan . pelatihan berikut kepada petani binaan di Kampung Bumi Raya SP I, Distrik Nabire Barat, khusus untuk usaha stik bonggol pisang dan ketiga adalah kelompok tani Pelangi Papua untuk kopi pinang.
“Ini kegiatan rutin hampir setiap tahun kita buat, tahun ini kegiatan ini yang ketiga kita buat di karadiri,” kata Duwiri.
Menurutnya, pihaknya akan terus memberikan pendampingan tiap Tahunnya. Dengan tujuan agar kelompok tani dapat terus dan bisa berjalan. Sehingga target dari sosialisasi tersebut adalah pemanfaatan lahan hutan yang bukan kayu dengan projek penanamannya adalah pinang. Kata Dia, harapannya tentu adalah perlahan-lahan ada perubahan paradigma masyarakat. yang selama ini memanfaatkan hutan dengan menebang pohon-pohon. Maka perlu merubah pola pikir untuk memanfaatkan bukan kayunya tapi hasil hutan bukan kayu.
Untuk bisa menekan lajunya deforestasi yang terus terjadi. Tujuannya, yang pertama adalah mengalihkan perhatian masyarakat dalam hal hutan, dari kayu menjadi non kayu. Kedua, bagaimana mendorong upaya peningkatan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan program-program yang bukan kayu.
“Tiga kelompok binaan yang tahun ini kita dampingi dan sudah berjalan. semua tujuan utamanya itu bagaimana mendorong masyarakat memanfaatkan hutan dari hasil hutan non kayu. Mereka harus paham masohi untuk memanfaatkan kulit kulit kayu, bonggol pisang agar budidaya pisang ditingkatkan dan tidak mengganggu hutan lagi. demikian juga dengan pinang,” tuturnya.
Pinang sendiri dijelaskan Duwiri, dapat digolongkan ke dalam tanaman kehutanan, bisa perkebunan dan non perkebunan. Dan perawatan pinang sendiri sendiri tidak harus dengan perawatan khusus, dan pinang juga dapat dimanfaatkan untuk ekosistem serta memiliki nilai ekonomis.
Manfaat pinang lainnya adalah sebagai penahan lajunya erosi, dan tidak perlu areal khusus untuk ditanam. Bisa di pinggiran kali (Sungai) di pinggiran rumah dan sebagainya. Karena memiliki akar serabut maka akan membentuk tanah seperti bronjong untuk menahan semburan air agar tidak longsor, dika dilihat dari manfaat ekologisnya.
Untuk manfaat ekonominya yaitu mendorong masyarakat supaya memanfaatkan hutan dengan tanaman-tanaman yang non kayu. Misalnya buah dapat dijual oleh mama-mama di pinggir jalan dan menghasilkan uang.
“Sehingga bisa mengalihkan perhatian masyarakat dan merambah hutan. tentu saja adalah kelestarian produksi, agar masyarakat bisa mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan seperti ini. untuk menambah kemampuan pribadi, bagaimana menghasilkan uang untuk keluarga, kelompok masyarakat// dengan cara yang lebih ramah lingkungan,” jelas Mario.
Ketua kelompok tani Pelangi Papua, Anton Mabel mengatakan, jumlah anggota kelompoknya sebanyak 15 orang. Kelompok tersebut didirikan sejak Tahun 2004 silam dengan kegiatan awal yakni pembibitan kayu besi dan pinang. Dan Pinang sendiri untuk kelompok ini sudah menanam sebanyak 5.000 pohon di lahan seluas 2 hektar.
Sedangkan untuk pelatihan yang diikutinya kata Mabel, baru pertama kali diikuti oleh kelompoknya. Untuk itu, melalui pelatihan produk kopi Pinang diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaannya.
“Jadi kami sangat senang karena dapat pelatihan-pelatihan seperti ini. dan saya pesan untuk Dinas agar tidak hanya sebatas pelatihan tetapi terus mendampingi kelompoknya hingga benar-benar paham tentang pengolahan dan cara kerjanya dan bisa berproduksi sendiri,” harap Anton.(*)
10 Komentar