Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Nabire Alfius Douw mengatakan hadirnya bandara baru tersebut dilatarbelakangi beberapa faktor. Di antaranya bandara lama yang masih beroperasi saat ini berada di pusat kota Nabire sehingga sulit dikembangkan.
“Padahal Nabire adalah penyangga delapan kabupaten dan pintu keluar-masuk di wilayah tengah Papua, baik lewat laut maupun udara,” katanya Senin, 25 Januari 2021.
Tujuannya tak lain bagian dari pembangunan maupun pengembangan sarana dan prasarana transportasi sehingga dapat memperlancar mobilitas arus manusia, barang, dan jasa.
Selain itu, kata Alfius Douw, kehadiran bandara yang representatif juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membuka akses internasional, baik barang maupun manusia.
“Ini menambah peluang usaha, menambah lapangan kerja baru, dan meningkatkan kunjungan wisata, dan sebagainya,” ujarnya.
Bandara baru yang sudah direncanakan Pemkab Nabire sejak 2006 atau 15 tahun silam ini direncanakan bisa didarati pesawat besar seperti boing dan sekaligus menjadi bandara internasional.
Usaha Pemkab Nabire yang panjang diawali dengan pembangunan tahap pertama pada 2010. Kala itu, kata Alfius Douw, pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan dana APBD Kabuaten Nabire lebih Rp154 miliar. Pemkab Nabire menyiapkan kelengkapan administrasi seperti sertifikat tanah, AMDAL, kerangka Acuan AMDAL, Review Master Plan, dan lainnya.
“Namun dalam perjalannya, Pemkab Nabire mengalami hambatan, terutama dalam pembiayaan pembangunan, akhirnya setelah diajukan dan dilobi, pemerintah pusat menyetujui untuk melanjutkan pembangunan sebagai aset nasional yang dibiayai APBN,” katanya.
Lahan yang disiapkan untuk bandara ini 4,5 kilometar persegi. Lahan untuk sarana-prasarana di sisi darat seluas 400 meter kali 1 km. Perlunasan pembebasan lahan masih tinggal sekali pembayaran lagi untuk lahan seluas 500 meter kali 400 meter di sisi pesisir pantai, termasuk 20 meter ke laut.
Rencana jangka panjang, total landasan pacu sepanjang 2,8 km dengan lebar 30 meter. Namun untuk tahap pertama baru 1,6 km yang bisa didarati pesawat jenis ATR.
“Sehingga untuk target awal dengan landasan 1,6 km sudah dilengkapi seluruh fasilitas seperti terminal, kantor, tower, dan lainnya,” katanya.
Untuk tahap kedua hanya sisa landasan pacu yang akan diprogramkan kemudian bersama pemerintah pusat. Jika tahap kedua tuntas bandara ini hampir sama dengan Bandara Sentani Jayapura yang bisa menampung lima unit pesawat boing.
“Jadi proses pembangunan awal menyiapkan lahan dan dukumen-dukumen olah Pemkab Nabire, selanjutnya dengan dana APBN dan menjadi aset pemerintah pusat,” ujarnya.
Meski bandara ini akan menjadi tumpuan transportasi darat sejumlah kabupaten, pembiayaan daerah masih murni dari APBD Nabire dan APBN, tanpa melibatkan kabupaten tetangga.
Bagi Pemkab Nabire, kata Alfius Douw, suatu kewajiban sebagai kabupaten induk yang sudah memiliki cucu, seperti Deyai dan Intan Jaya menyiapkan sarana-prasarana.
“Targetnya akan rampung pada 2021 ini adalah landasan pacu sepanjang 1,6 km, termasuk seluruh sarana-prasarana pendukung, setelah didarati pesawat ATR barulah diusulkan pembangunan landasan pacu sisanya,” ujarnya.
Saat ini bandara lama di Nabire baru bisa didarati pesawat kecil seperti Cessna, Twin Otter, dan ATR. Fasilitas ini secara umum belum berdampak terhadap pembangunan ekonomi daerah, baik kepada masyarakat, maupun pengusaha dan investor.
Alfius Douw optimistis pembangunan bandara baru akan berdampak secara ekonomi, baik kepada pengusaha maupun masyarakat di wilayah Meepago.
“Sebab sejauh ini yang menjadi kendala adalah akses transportasi, khususnya udara, meski masyarakat Nabire mungkin saja menganggap ATR adalah pesawat besar, tapi bagi orang luar itu belum seberapa,” katanya.
Apalagi, kata Douw, Nabire cukup aman bagi investor. Cuma kendalanya yang selalu ditanyakan adalah bandaranya bisa didarati pesawat jenis apa.
Pengusaha kontraktor di Nabire, Valentine Wayar menilai kehadiran bandara baru akan meningkakan pembangunan perekonomian. Di seputaran bandara akan ada usaha-usaha baru seperti hotel, kos-kosan, warung, dan kios. Setelah bandara beroperasi diharapkan Orang Asli Papua (OAP) di wilayah Nabire juga melibatkan diri membuka usaha.
“Pastinya akan sangat berdampak, karena sebagai bandara transit di sinilah pemerintah daerah juga harus menyiapkan OAP untuk diberdayakan,” ujarnya.
Menurut Wayar, bendara lama meski juga dilayani ATR, tapi masih terbatas dan sangat menyulitkan orang untuk bepergian, karena mengantre dalam pembelian tiket.
“Apalagi di masa pandemi ini, pesawat terbatas, mau keperluan pasti antre beli tiket,” katanya.(Sumber; Jubi.co.id)
Incredible points. Great arguments. Keep up the great effort.
Also visit my web page; vpn special code
Wow that was odd. I just wrote an extremely long comment
but after I clicked submit my comment didn’t show up.
Grrrr… well I’m not writing all that over again. Anyways, just wanted to say wonderful blog!
Look at my website :: vpn special code
Hi! I’ve been reading your weblog for a while now and finally got the courage to go ahead
and give you a shout out from Houston Tx! Just wanted to say keep up the fantastic job!
My homepage; vpn coupon code 2024
Amazing! Its truly amazing piece of writing, I have got much
clear idea concerning from this piece of writing.
Here is my web-site facebook vs eharmony to find love online
hi!,I really like your writing very a lot! percentage we be in contact extra approximately your article
on AOL? I need a specialist on this area to solve my problem.
May be that is you! Having a look forward to look you.
Take a look at my site nordvpn special coupon code 2024