Ilustrasi HOAX – Bumiofinavandu/Pixabay.com |
Beberapa tahun lalu, tepatnya Minggu, 13 Agustus 2017, artikel saya berjudul “Masyarakat Harus Cerdas Memilih Informasi yang Benar” dipublikasikan di tabloidjubi.com. Artikel tersebut saya tulis untuk memberikan pencerahan tentang bagaimana publik di Papua mempercayai informasi yang benar dan kredibel di tengah arus teknologi dan informasi yang semakin tak terbendung (jika ingin baca artikel dimaksud Anda kilik pada link:http://tabloidjubi.com/artikel-8689-masyarakat-harus-cerdas-memilih-informasi-yang-benar.html).
Pada artikal yang Anda baca saat ini, saya ingin berbicara lebih spesifik tentang bagaimana Generasi Millenial Papua menggunakan media sosial (Facebook, Blog, WhatsApps, Tweeter, dan lainnya) serta bagaimana memercayai dan membagi informasi yang benar, informasi yang berdasarkan data dan fakta dari media resmi atau dari lembaga yang resmi.
Siapa generasi milenial Papua dan apa itu berita hoax (berita bohong)?
Generasi Millennial adalah kelompok generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000-an. Jadi bisa dikatakan generasi millenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia di kisaran 15 – 34 tahun. Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan, di antaranya studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millennials: Deciphering the Enigma Generation.
Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next (baca: http://alvara-strategic.com). Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millenial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%.
Sejauh ini, saya belum menemukan studi dan kajian spesifik tentang generasi millennial Papua. Tetapi, secara umum yang mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik.
Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini. Generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
Generasi yang penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital, terutama yang terhubung internet ini tentu tak bisa dilepaskan dari penyebaran informasi hoax yang kemudian menjadi korban dan mengorbankan orang lain serta menjadi aktor pencipta hoax dan kemudian membaginya kepada orang lain dan menjadikan orang lain korban atas tindakannya.
Hoax atau pemberitaan palsu adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop (https://id.wikipedia.org).
Kebohongan (informasi atau berita bohong) dibuat dengan tujuan jahat. Harus dicatat, ‘hoax’ bukan berita yang tidak kita sukai. www.rappler.com merilis beberapa jenis hoax.
Pertama, Hoax proper, artinya berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
Kedua, judul heboh tapi berbeda dengan isi berita. Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
Ketiga, berita benar dalam konteks menyesatkan. Artinya, kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
Keempat, banyak pengguna media sosial menyebarkan informasi yang tidak ada dan fakta. Penulisnya mendengar dari kabar angin atau dari orang lain dan ia menyebarkanya melalui media sosial tanpa ia memastikan kebenaran data dan informasi dari pihak atau media yang resmi (mengenai media resmi dan kredibel dapat Anda baca pada artikel sebelumnya, di link: http://tabloidjubi.com/artikel-8689-masyarakat-harus-cerdas-memilih-informasi-yang-benar.html.
Bagaimana dampak bagi kemajuan Papua jika generasi millenial Papua menjadi penyebar, pencipta dan korban hoax?
Generasi millennial pengguna internet dan media sosial di Papua semakin banyak. Sejalan dengan hal ini, penyebar, pencipta dan korban hoax juga semakin banyak. Jika karakter generasi penentu Papua masa depan seperti ini, bagaimana kita membayangkan Papua yang lebih maju di masa depan.
Karena, tanpa kita sadari, kita menjadi perusak bangsa dan masyarakatnya sendiri. Konsekuensi membuat dan menyebarkan berita hoax jelas akan membuat masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu.
Konsekuensi lain adalah berita hoax menyusahkan atau bahkan menyakiti secara psikis dan fisik orang yang tidak bersalah.
Dalam konteks yang lebih besar, jika memberikan informasi yang salah apalagi kepada pembuat kebijaksanaan/kebijakan maka akan membuat kebijakan yang salah dan tentu akan berpengaruh bagi banyak orang.
Nah, membangun Papua yang lebih maju ke depan ada di tangan generasi millennial. Karena itu, mari kita berhenti menjadi penyebar, pencipta dan tidak menjadikan orang lain korban hoax.
Mari kita menjadi agen pemberi informasi dan berita yang benar di media sosial. Manfaatkan media sosial untuk menyebarkan inspirasi dan kebaikan bagi sesame dan bagi tanah yang kita cintai, Papua.
Mari kita kedepankan budaya membaca, diskusi, dan menulis kebenaran agar tidak termakan dengan hoax. Mari kita kriris atas informasi yang kita terima dan menjadi pengguna media sosial yang bijak. Membuat status yang menginspirasi dan menjadi teladan dalam member informasi yang membangun sesama.
Mari kita percaya dan membagi berita yang bersumber dari media, orang dan lembaga yang kredibel. Media yang kredibel adalah media yang bekerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (jelas box redaksinya, jelas kantor medianya/alamatnya, jelas wartawannya). Media yang telah teruji oleh kualitas dan waktu.
Orang atau lembaga yang kredibel adalah yang teruji mengeluarkan pernyataan berdasarkan data dan fakta.
Hal-hal lain yang harus kita lakukan adalah rutin membaca berita dari media yang resmi dan kredibel karena orang yang paling rentan hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi/membaca berita resmi.
Kalau suatu berita kedengarannya tidak mungkin, bacalah dengan lebih teliti. Dan, jangan share artikel/foto/pesan berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Memang, secara aturan, sanksi bagi penyebar informasi hoax bisa dikenakan hukuman sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Tapi, bagi saya, yang lebih penting adalah sebagai generasi milenial Papua sadar bahwa kitalah penentu Papua dengan memberikan informasi yang benar.
Memberikan informasi yang benar adalah bagian dari membangun masyarakat Papua samakin maju ke depan. Memberikan informasi yang benar adalah bagian dari iman kita sebagai generasi millennial Papua yang percaya kepada Tuhan.
Kita menjadi semakin manusia dengan menyebarkan kebenaran dan kebaikan bagi sesama.(Red)
Penulis : Yermias Degei, Kepala Bagian Humas dan Protoko Setda Nabire