Kata memiliki kekuatan yang dahsyat – foto/pixabay.com |
“Semua bergantung pada kata.” Demikian A. A. Teeuw, kritikus sastra Indonesia berkebangsaan Belanda berujar.
Kekuatan kata dapat menghasilkan seuntai puisi yang membekas sepanjang zaman. Sebut saja puisi Aku-nya Chairil Anwar yang masyhur itu.
Puisi itu telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan menjadi favorit para kritikus sastra untuk dibedah.
Kata dapat menjadi tanda yang keluar sebagai ekspresi jiwa. Aku bisa mengungkapkan perasaanku pada seseorang dengan menggunakan kata.
Aku bisa berkata I LOVE YOU dan ia menjawab dengan ungkapan yang sama (cieeee…. . ).
Namun kata juga yang membuat perselisihan antara kami dan pada akhirnya berlomba untuk mengatakan I HATE YOU (kasihan…). Aku membenci kata sekaligus mencintainya.
Kata dapat mengubah dunia. Mengubah cara manusia untuk mewujudkan mimpinya.
Kata-kata dari Karl Marx yang dituangkannya dalam buku masyhurnya, Das Kapital, telah membangkitkan semangat kaum buruh untuk melawan kelaliman para penguasa atau kaum kapitalis.
Kata-kata Karl Marx juga telah membagi dunia dalam ideologi besar yang selalu bertentangan sepanjang zaman. Komunis/marxisme vs kapitalisme/liberalisme.
Jadi, kata itu memiliki kekuatan yang dahsyat. Ia bisa menggalang persatuan sekaligus biang terhadap segala perpecahan.
Ia bisa menjadi sarana untuk mewujudkan perdamaian dan momok untuk ketidakadilan. Kata dapat membawa kegembiraan sekaligus kesedihan.
Kata, demikian Paul Budi Kleden, dapat menerobos batas dan merobohkan prasangka, dapat meninggalkan bekas melampaui generasi dan membawa pergi sebuah nama melewati ruang sempit tempat tinggal dan karyanya.
Oleh karena itu, kata harus dipilih, sebab kata bukan sekadar rangkaian huruf tanpa daya.
Kata tidak selalu merupakan lawan dari roh. Kata bertenaga dan menyimpan kekuatan dahsyat.
Kata bagaikan dua sisi mata uang. Pada sisi yang satu ia membawa hal yang positif konstruktif dan sisi yang lain membuat hal yang negatif destruktif.
“Bergantung pada data,” demikian pun ahli sosial segera menambahkan. Tak cukup mengandalkan keindahan hati, kredibilitas pembicaraan ditentukan oleh data yang disajikannya. Tak cukup mengandalkan keindahan kata.
Kata dapat mengalihkan perhatian orang dari kondisi yang sebenarnya, menenggelamkan orang dalam jagat imajiner tanpa sentuhan dengan realitas yang sering sangat keras dan mengerikan.
Ketika kata tak lagi identik dengan data, maka di sana terjadi penipuan dan kebohongan.
Kata dan data mengkonstruksikan dialog sempurna. Kata yang cermat terpilih dan data yang merupakan syarat dari apa yang disebut sebagai dialogi yang sempurna.
Kedua syarat ini meringkas apa yang disebutkan Jurgen Habermas sebagai empat syarat komunikasi yang berhasil dan efektif.
Syarat pertama, kebenaran, artinya apa yang disampaikan merujuk pada kenyataan.
Syarat kedua adalah kejelasan, maksud penyampaian terjadi dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami orang lain.
Syarat ketiga adalah kejujuran, dengan ini dimaksudkan kesesuaian antara apa yang dipikirkan dengan apa disampaikan.
Syarat kempat ketetapan dengan nilai atau norma yang dianut umum.
“Bergantung pada aku,” demikian saya ingin menambahkan aku (MC) yang memiliki naluri yang baik sanggup mengkomunikasikan pikiran atas cara yang gampang dipahami, disiplin berpikir yang dilatih melalui logika diungkapkan dalam disiplin berbahasa. Kejujuran dalam menyampaikan data dengan kata.
Interaksi antara nalar yang baik dan logika berpikir yang jelas serta ungkapan yang jujur, hanya terjadi apabila aku sering melatih diri.
Apabila aku dengan kerendahan hati dan pikiran yang realistis mengaku bodoh, sehingga memiliki motivasi yang baik untuk belajar, belajar dan terus belajar menjadi penilaian yang jujur.
Jadi, kata dan data yang efektif adalah tuan dari kerja keras sang aku untuk belajar.
Memilih kata dan data serta menyatukannya bukan pekerjaan yang mudah. Jadi, aku harus terus berjuang dan berani untuk segan memulai dan saatnya sekarang.
Refleksi ini ditutup dengan ungkapan ini:
“one important key to success is suf confidence. An important key to surf confidence is preparation”.
Untuk menjadi orang sukses dituntutkan kepercayaan diri, kunci kepercayaan diri adalah persiapan. Untuk menjadi orator aku butuh persiapan. Supaya aku siap aku harus rendah hati untuk belajar, belajar dan terus belajar.(Red, De Lomes)
Penulis: Vredigando Engelberto Namsa, OFM, Biarawan Fransiskan Provinsi Fransiskus Duta Damai Papua, tinggal di Papua
12 Komentar