[Cerpen] Hanya Lagu Bukan Film Biopik

Bob Marley - Ilustrasi

DARI 2023, saya sudah ikuti proses pemuatan film One Love, Bob ‘Marley. Cukup bersabar hanya untuk menonton. Tidak masalah waktu yang lama untuk fans berat. Mungkin soal cinta juga sama bagi mereka yang sudah bersabar dan akan bersabar. Selamat.

Tapi tidak tahu apakah saya fans berat Bob Marley dengan sabar? Bisa saja, saya hanya ikut ramai dengan orang-orang yang menyukai lagu reggae. Tapi jujur, bukan soal komunitas, lagu atau gaya. Saya suka Bob Marley dari proses pembuatan lagu. Lirik-lirik menyentuh setiap orang dalam sejarah.

Lagu dalam album yang diluncurkan benar-benar refleksi hidup rakyat Jamaika depan mata Bob Marley tentang kebebasan dan keadilan. Lagu Exodus, War, Redemption dll adalah perdamaian untuk dunia, sehingga film bionik ini diberi judul”ONE LOVE” lagu yang mendunia untuk perdamaian dunia tanpa perbedaan.

Hanya untuk nonton film One Love, saya menyeberang dari dunia yang tidak memiliki bioskop ke dunia yang memiliki bioskop dengan kapal selama dua malam dua hari. Berangkat tanpa tiket, seperti perjalanan backpacker Agustinus Wibowo dan Levin Wood di Arab. Setelah sampai, saya langsung berangkat ke Bioskop dari pelabuhan dengan semua barang di tubuhnya.

Antri tiket depan wanita kecil berwajah langka. Saya bingung Dia orang Papua atau Ambon, peranakan. Beberapa kali Dia  perhatikan saya dari kepala sampai kaki. Mungkin Dia berpikir saya baru keluar dari hutan hanya untuk nonton film yang agak lain. Tapi itu hanya pikiran saya. Dia pasti tau kalau Dia pembaca buku.

“Film apa pak,” sambut senyum wanita berambut panjang, dagu lonjong, rambut ikat belakang kepala pake pensil palsu. Nampak seperti pramugari batik air.

“Film Bob,” jawab saya keluarkan seratus ribu dari saku kiri. Nona kecil perhatikan saya.

“Maaf pak, kami tidak pake uang cas,” kata wanita pramugari bioskop berdagu lonjong memandang saya aneh dengan tas besar di punggung, tangan kiri genggam kanton kain hitam berisi buku bacaan Antologi Cerpen Rusia (Pushkin, Gogol, Tolstoy, Korolenko, Chekov, Chirikov, Andreyev, Kuprin, Gorky, Sologub)

“Oke,” saya keluarkan ATM Bank Papua. Wanita itu persilakan saya isi kode. Berhasil.

“Boleh langsung masuk studio sembilang pak,” kata wanita non Papua itu.

Selamat nonton 104 menit saya gelisa dalam bioskop. Dingin hase tapi saya keringat. Ada sesuatu di sebelah saya. Saya dengan Dia hanya satu kursi. Dekat. Dia duduk dengan penuh percaya. Tapi saya tidak. Dia lebih paham dari Reinaldo Marcus Green, produser film Bob Marley dan Terence Winter, penulis cerita. Saya sempat berdoa sampin Dia. Tapi mungkin belum saatnya bagi Tuhan.

Film biopik ini saya menikmati hanyalah lagu-lagu Bob Marley yang keluar dari sound system bioskop yang bagus dengan full bass. Saya hampir berdiri dan goyang tapi ini bukan tempatnya. Jiwa saya terbang dengan suara original Bob Marley yang benar-benar hadir dalam film itu. Saya benar-benar bertemu Bob Marley hanya lewat suara asli yang mungkin saja diliput oleh Kingsley Ben-Adir. Bob Marley hanya hadir dalam suara lagunya.[*]

*Nomen Douw – Jayapura, Februari 2024.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Bumiofinavandu.com”, caranya klik link https://t.me/wartabumiofinabirepapuatengah lalu join. Jangan lupa install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

PHP Dev Cloud Hosting

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar

  1. I have read some excellent stuff here. Definitely value bookmarking for revisiting. I wonder how much effort you put to make the sort of excellent informative website.