Nabire, Bumiofinavandu – Para petani di Nabire-Papua mengakuh, menjual cabe rawit kepada tengkulak (pedagang perantara) seharga Rp 40-50 ribu rupiah per kilogarmnya. Sementara untuk cabe besar dan keriting harganya berkisar Rp 5-10 rupiah per kilogramnya.
“Sekarang sekilo cabe rawit kadang 40-50, kalau cabe besar antara 5-10 ribu perkilonya,” ujar Yhuda, salah satu petani di Kampung Bumi Raya, Distrik Nabire Barat di Nabire. Minggu (01/11/2020).
Dikatakan, harga ini telah berlangsung hampir tiga bulan belakangan. Harga itu yang dijual para petani kepada tengkulak (pedagang perantara).
Ayah dua anak ini mengakuh, pedagang perantara biasanya datang membeli di tempat (kapleng/kebun). Lalu mereka akan menjualnya lagi kepada para pedagang di pasar-pasar.
“Itu harga dari kami, dan nantinya, mereka akan jual ke pedagang pasar lebih sedikit dari harga beli. Misalnya diambil untung 5 ribu atau 10, saya dengar begitu,” kata Yhuda.
Menurutnya, empat atau lima bulan lalu harga cabe meroket dan lebih dari 100.000 ribu perkilogramnya. Namun entah kenapa harganya kini mulai menurun.
“Kami sendiri tidak tau ini turun harga, biasanya bisa 100 atau bahkan 200 per kilo. Mungkin ini pengaruh banyak cabe dari luar Nabire,” tuturnya.
Irjanto, petani lainnya menaku hal serupa. Bahwa harga cabe sedang turun drastis, namun ia sendiri tidak tau apa sebab musabab.
Menang kata dia, sedikit merugi lantaran biaya perawatan dan pupuk.
“benar, cabe lagi di kisaran 40-5- ribu, tapi kami tidak bisa buat banyak, kalau mau tahan barang rusak. Memang di sini biasa begitu. Jadi kami petani yang penting putaranya cepat. Soal untung rugi itu sudah biasa,” kata warga Kampung Kali Semen Distrik Nabire barat ini.(Red)