Situasi, tantangan, dan pengalaman para imam dalam pelayanan pastoral eksorsis

Yesus menghendaki agar para murid melakukan tindakan pembebasan bagi orang yang terikat roh-roh jahat – foto/Pixabay.com 
 
Pengantar 
Ada banyak fenomena mistik dan gejala-gejala yang terjadi di luar hukum kodrat dalam hidup kita dan kehidupan menggereja, khususnya dalam kehidupan berpastoral. 
Seringkali dijumpai umat yang mengalami histeris, gerak-gerik yang aneh di luar akal sehat, yang kemudian berujung pingsan mendadak dan lain-lain. 
Fakta-fakta ini menunjukkan ada keanehan yang tidak dapat diungkapkan dengan akal budi atau hukum kodrat, yang membuat seorang pelayan pastoral bingung dan bertanya apa penyebab semua ini? 
Hal yang menarik bahwa ketika seorang umat mengalami (histeris dan gerak-gerik aneh) sesuatu di luar akal budi, maka asumsi atau anggapan pada beberapa orang adalah, ini pasti kerasukan, maka hanya imam yang mampu menyembuhkan. 
Konsep semacam ini berkembang kuat di kalangan umat, sehingga tidak dipungkiri bahwa pastoral yang bersifat pelayanan eksorsis masih mendapat tempat di kalangan umat. 
Namun pastoral yang bersifat eksorsis juga tidak begitu ditanggapi. Ada saja umat yang berpandangan skeptis akan hal-hal yang menyakut demologi (ilmu adalah yang mempelajari tentang setan dan hal yang terkaitnya), singkatnya hal-hal yang berkaitan dengan roh. 
Pandangan ini telah dipengaruhi dan dilatarbelakangi dengan perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang mendasari kebenaran dengan pembuktian dan nalar yang sehat. 
Dengan melihat kenyataan ini, segelintir orang yang bergelut di bidang pastoral eksorsis mendapat tantangan yang cukup serius, karena akan menerima tanggapan, komentar dan penilaian yang bersifat skeptis, baik dari kaum awam, maupun dari sesama imam atau biarawan. 
Oleh karena itu, tulisan ini mau mengangkat dasar dan kebenaran pastoral eksorsis, yang merupakan bagian pewartaan yang tidak dipungkiri di dunia dewasa ini. 
Ada beberapa poin yang akan dibahas dalam tulisan ini. 
Apa itu eksorsisme? 
Secara etimologi, eksorsisme berasal dari bahasa Latin yaitu exorcizare yang berarti mengusir atau menghalau setan. Sedangkan kata benda exorcismus berarti pengusiran atau penghalauan setan. 
Selain itu dalam Wikipedia dikatakan “Exorsisme berasal dari bahasa Latin yaitu exorcismus yang berasal dari bahasa Yunani exorkizen yang artinya mendesak. 
Dalam Gereja Katolik, eksorsisme dipahami sebagai tata cara pengusiran setan. Praktik pengusiran setan merupakan praktik intervensi yang menggunakan tata cara liturgi resmi dari Gereja, yang dengan kuat kuasa Allah segera mendesak kekuatan jahat yang merasuki manusia, untuk segera keluar dari diri manusia itu dan tidak kembali lagi. 
Selain itu, eksorsisme termasuk dalam kategori sakramentali, yaitu tanda-tanda suci (signa sacra) yang diadakan atau dibentuk oleh Gereja. Melalui tanda-tanda suci (air berkat, salib, rosario dan lain-lain) yang dikontrakkan langsung dengan orang yang mengalami kerusakan maka ada reaksi. Tentu menimbulkan pertarungan yang hebat antara kuasa Allah dan kuasa jahat (iblis). 
Namun ada catatan penting bahwa intervensi kuat kuasa bukan terletak hanya terjadi pada tindakan atau pekerjaan yang dilakukan pastor yang melakukan pengusiran setan atau iman orang yang mengalami kerasukan, tetapi juga pada doa-doa yang dilambungkan oleh Gereja kepada Allah sebagai pengantara. 
Dengan kata lain, sebagai tanda suci, eksorsisme mengandung daya efektifnya Ex Opera Operantis Ecclesiae. 
Dalam penjelasan lain “Ex opera operanto menunjuk pada daya guna sakramen yang tidak tergantung pada iman maupun disposisi batin baik imam dan orang yang mengalami sakit melainkan melulu bergantung pada tindakan Allah sendiri”. 
Dalam hal ini jelas bahwa efektivitas eksorsisme terletak pada kehendak Allah sendiri. Artinya, seluruh peristiwa yang terjadi pada proses pembebasan orang dari kuasa jahat pertama-tama atas kerahiman Allah dan kuasa-Nya yang sedang membebaskan dan menyelamatkan.
Allah adalah Sang Pencipta, baik yang rohani maupun yang jasmani. Ilustrasi – Foto/Pixabay 

 
Dasar iman pelayanan pastoral eksorsis

Dalam Injil Mat.10:1 “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”.

Bacaan Lainnya

Kemudian dalam Injil Mrk. 13:13-15 ”Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injildan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan”.

Di sini sangat jelas bahwa Yesus menghendaki agar para murid melakukan tindakan pembebasan bagi orang yang terikat roh-roh jahat.

Tindakan semacam ini merupakan tindakan pelayanan eksorsis. Hal ini juga sangat didukung dan ditegaskan dalam KGK (Katekismus Gereja Katolik) 1673:

“Kalau Gereja resmi dan otoritatif berdoa atas nama Yesus Kristus, supaya seorang atau satu benda dilindungi terhadap kekuatan musuh yang jahat dan dibebaskan dari kekuasaanya, orang lalu berbicara tentang eksorsisme. Yesus telah melakukan doa-doa semacam itu (Bdk.Mrk. 1:25-26); Gereja menerima dari Dia kekuasaan dan tugas untuk melaksanakannya eksorsisme (Bdk. Mrk 3:15; 6:7 13; 16:17. 

Dalam bentuk sederhana eksorsis dilakukan dalam upacara pembaptisan. Eksorsis resmi atau yang dinamakan eksorsisme besar hanya dapat dilakukan oleh seorang imam dan hanya dengan persetujuan Uskup. Orang yang melakukannya dengan bijaksana dan harus memegang teguh peraturan-peraturan yang disusun oleh Gereja. Eksorsisme itu digunakan untuk mengusir setan atau untuk membebaskan dari pengaruh setan, bersifat psikis, untuk menangani hal semacam itu adalah bidang kesehatan. Maka penting bahwa sebelum seorang merayakan eksorsisme, ia harus mendapat kepastian bagi dirinya bahwa yang persoalkan di sini adalah sungguh kehadiran musuh yang jahat, dan bukan suatu penyakit.”

Dengan sejumlah persyaratan ini, seorang imam yang melakukan pelayanan pastoral eksorsis benar-benar memahami secara benar gejala dan situasi yang akan dihadapinya. Imam-imam seperti ini jelas dipercayakan oleh uskup secara khusus untuk melakukan pastoral demikian.

Namun tidak jarang juga ada imam yang melakukan pelayanan pastoral eksorsis karena berada di situasi umat, yang benar-benar mengharapkan ada imam yang melayani kebutuhan seperti itu.

Pastoral eksorsis

Situasi pastoral di lapangan sangat berbeda dengan situasi yang digosipkan di meja makan, mengenai pengalaman real para pastor, yang berhadapan dengan umat yang memohon doa, khususnya mereka yang sakit karena kerasukan roh jahat.

Ada segelintir imam yang biarawan, yang dipercayakan mengurus paroki. Dalam benak mereka, mengurus paroki pasti berkaitan dengan administrasi, pelayanan sakramen, ibadat, misa, rekoleksi, pertemuan-pertemuan, dan lain sebagainya.

Namun dalam kenyataannya mereka menghadapi situasi lain. Mereka menghadapi fenomena mistik (orang yang kerasukan) yang tak dapat dipecahkan oleh akal budi namun nyata. Hal ini mendorong mereka, mau tak mau, harus melayani umat yang demikian (sakit karena kerasukan roh jahat).

Ada segelintir imam yang mensharingkan bahwa ketika mereka menghadapi orang yang kerasukan dan mereka berdoa, kemudian menyentuhnya, tak disangka orang yang kerasukan itu sadar dan kembali pulih. Imam tersebut tidak mengerti dari mana tenaga yang diperoleh.

Situasi ini mulai menyadarkan para imam itu (birawan) kembali merenungkan arti dari sakramen imamat yang diterimanya, karena sakramen imamat yang diterima berkuasa untuk menguduskan, membebaskan, dan mengembalakan.

Pelayanan pastoral seperti ini diterima umat bahkan mereka merasa ada harapan dan jawaban, sehingga banyak umat yang peka dan sangat mengharapkan pelayan pastoral demikian.

Namun tidak dipungkiri ada umat yang berpikir skeptis akan pelayanan pastoral demikian. Mereka lebih mengutamakan penyakit yang dialami demikian diarahkan kepada penyelesaian paramedis.

Hal ini memang benar dan pantas tetapi seringkali pengalaman nyata keliru, karena setiap orang tidak mampu membedakan apakah ini penyakit karena intimidasi atau tekanan roh jahat atau sakit badan yang secara medis mengalami gangguan. Situasi ini dilematis bagi para pelayanan pastoral karena mereka juga sulit membedakannya.

Oleh karena itu, memang dibutuhkan orang-orang yang memiliki karunia memahami tentang demologi.

Namun demologi juga dapat dipelajari dan dilatih secara terus-menerus oleh setiap orang melalui meditasi, doa dan puasa, khususnya para imam yang memiliki semangat pelayanan pastoral eksorsis. Tetapi sering kali ada kekeliruan yang terjadi bagi para imam yang baru menggeluti bidang eksorsis, sebab sering kali menerjemahkan persoalan orang-orang yang mengalami kerasukan, dengan bahasa yang tidak masuk akal tetapi hanya dimengerti oleh mereka.

Persis di bagian inilah menjadi penyebab munculnya pandangan skeptisisme terhadap para imam yang membahasakan salah atau menerjemahkan secara tidak masuk akal akan orang-orang yang mengalami sakit (gangguan roh jahat).

Iman kristen

Tanggapan, penilaian dan komentar

Munculnya tanggapan, penilaian dan komentar disebabkan karena para imam yang bergelut di bidang eksorsis menerjemahkan atau membahasakan persoalan tersebut di atas kepada umat, dengan bahasa dan pengertian di luar akal sehat, tetapi hanya dimengerti oleh mereka sendiri (mereka yang memahami dan memiliki karunia tertentu).

Nah inilah titik persoalan yang menjadi pertentangan, perdebatan, dan muncul pro-kontra, karena ada umat yang percaya dan ada yang tidak percaya. Oleh karena itu, muncullah tanggapan-tanggapan, berupa ejekan, kritikan, bahkan menjadi bahan lelucon di atas meja makan.

Sedangkan penilaian itu, berupa keraguan akan kemampuan karunia yang dimiliki imam atau biarawan yang bergelut di pelayanan pastoral eksorsis, sehingga muncul pertanyaan “apakah kuasa yang diperoleh atau dipergunakannya itu berasal dari kuasa Allah semata ataukah dari warisan budaya yang diselaraskan dengan kekuatan dari Allah yang kemudian dimurnikan?

Bila muncul tanggapan dan penilaian seperti ini, maka komentar miris dan skeptis kemudian digosipkan kepada semua orang di tengah umat, sehingga akan muncul kelompok-kelompok yang setuju dengan adanya kekuatan roh jahat yang mengintimidasi manusia, dan juga kelompok yang memang tidak percaya dan tidak mau tahu.

Kelompok semacam ini didasarkan pengalaman iman atas dasar pengetahuan berdasarkan akal budi yang sehat yang dapat diterima oleh pikiran, sedangkan di luar pikiran mereka tidak percaya.

Dua pandangan ini (pro-kontra) memang berkembang di tengah umat. Namun sejauh pengalaman segelintir imam yang bergelut di bidang eksorsis menjadi tantangan, bahkan menjadi bahan gosipan dan ejekan bagi mereka. Tetapi mereka tetap teguh bahkan terus melatih dan mengembangkan dengan hati yang tulus, ikhlas dan jujur demi keselamatan umat manusia.

Bagi mereka jika pekerjaan ini adalah pekerjaan Allah yang didasarkan semangat Roh Kudus, maka pekerjaan tersebut akan mengalir terus-menerus ,tetapi kalau demi kepentingan dan keuntungan semata maka akan berhenti dan lenyap.

Dasar inilah yang memotivasi para imam untuk terus melakukan pelayanan pastoral yang bersifat eksorsis.

Penutup

Situasi dan pengalaman para imam yang berada di pelayanan pastoral mengisahkan banyak kisah yang menarik, salah satunya pelayanan pastoral eksorsis. Seperti sudah dibahas di atas, bahwa ada tanggapan, kritikan, dan komentar negatif yang meragukan pelayanan mereka sehingga mereka mengalami dilema.

Selain itu juga telah membentuk opini pro-kontra dari umat. Tetapi atas dasar semangat pelayanan pastoral dengan menerimakan sakramen imamat, mendorong mereka untuk terus berjuang dan melaksanakan dengan penuh keyakinan.

Dasar semangat ini, seperti sudah dikatakan di atas bahwa “jika pekerjaan ini adalah pekerjaan Allah yang didasarkan semangat Roh Kudus, maka pekerjaan tersebut akan mengalir terus-menerus, tetapi kalau hanya karena kepentingan dan keuntungan semata, maka akan berhenti dan lenyap. Dan itu kami sudah buktikan dengan terus melakukan pelayanan”.

Itulah ungkapan segelintir imam yang melakukan pelayanan pastoral eksorsis. Perlu diketahui bersama bahwa pelayanan pastoral eksorsis di zaman ini sangat dibutuhkan oleh umat.(Red, De Lomes).

Sumber : 
Robini, Johanes Mariato, OP. 2014. Demologoi dan Eksorsisme : Prepespektif Teologi Katolik. Pontianak: Yayasan Santo Martinus de Porres
Jhon, A Mcmillan.1984. Perjuangan Melawan Kuasa Kegelapan. Malang: Gandum Mas
R, Martin De Haan II. Iblis Di Dalam Kegelapan. Yogyakarta: Yayasan Gloria
“Apakah-gereja-katolik-mengajarkan-adanya-iblis-setan” diakses pada tanggal 12 September 2020 di https://www.katolisitas.org
“2011/08/02/pembedaan-roh-roh” diakses pada tanggal 12 September di https://luxveritatis7.wordpress.com
“Cr-reading/demonologi” di akses pada tanggal 8 Agustus 2020 di http://cg.amoredio.org
“Wiki/Eksorsisme” diakses pada tanggal 2 Juli 2020 di https://id.wikipedia.org
“2018/06/05/ketentuan-hukum-kanonik-dan-penegasan-magisterium-tentang-eksorsisme” di akses pada tanggal 5 Agustus 2020 di https://www.mirifica.net
Sharing dari beberapa para imam yang betugas di paroki pedalam di Keukupan Jayapura dan Timika
Tulisan ini merupakan sebuah sharing dan refleksi dari segelintir orang yang bergelut di bidang pastoral eksorsis. 
Penulis: Sdr. Matius Yerikho, OFM, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura, Papua.
PHP Dev Cloud Hosting

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 Komentar

  1. Ping-balik: Exosome
  2. Ping-balik: relax massage
  3. Ping-balik: lsm44
  4. Ping-balik: click here now