Mariah Carey didesak batalkan konser di Saudi karena ‘campurkan musik dan politik’

Dilansir dari BBC News Indonesia, 31 Januari 2019Sejarah mencatat kolaborasi erat antara musik dan politik, seperti lirik yang kental dengan muatan politik atau konser yang ditujukan untuk tujuan perdamaian dan kemanusiaan.
Tetapi di Timur Tengah muncul sebuah kecenderungan baru.
Seniman terkenal dunia, yang tidak selalu berpolitik, mendapat tekanan besar, biasanya lewat kampanye di media sosial, untuk membatalkan pementasan.
Bintang pop Amerika Mariah Carey adalah penyanyi terbaru yang tersangkut dalam kontroversi ini.
Dia dijadwalkan pentas di Arab Saudi pada hari Kamis (31/01), bersama-sama dengan DJ Tiesto dan Sean Paul.
Tetapi para pegiat mendesaknya untuk membatalkan konser -yang akan menjadi untuk pertama kalinya di kerajaan itu- karena dugaan menyebarnya masalah hak asasi manusia di negara itu, terutama terhadap para pegiat hak perempuan.
Di Saudi, pertunjukan Carey dapat dipandang sebagai bukti makin besar komitmen Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman dalam menerapkan agenda reformasi.
Untuk pertama kalinya, bioskop umum dibuka di negara itu dan bulan Desember lalu, musisi terkenal mulai dari Enrique Iglesias sampai ke The Black Eyed Peas naik panggung di acara musik di kerajaan itu.
Tetapi lewat sebuah usaha untuk mencegah konser Carey, kelompok HAM yang dipimpin CodePink meluncurkan sebuah petisi meminta tanda tangan masyarakat guna mendesak agar ia memboikot Arab Saudi.
“Jika Anda pentas di turnamen golf internasional di Saudi, Anda akan membantu Arab Saudi menghapus kejahatan perang dan penindasan terhadap perempuan, wartawan dan siapapun yang menyuarakan pendapat,” demikian isi petisi yang ditujukan kepada Carey.
CodePink mengatakan, “Meskipun perempuan Arab Saudi baru-baru ini diberikan hak mengemudi, kerajaan sejak saat itu menangkap, memenjara dan menyiksa sejumlah perempuan berani yang mengkampanyekan hak perempuan untuk mengemudikan kendaraan.”
Arab Saudi mengakui bahwa wartawan Jamal Khashoggi dibunuh di dalam konsulatnya di Istanbul.Hak atas fotoREUTERS
Image captionArab Saudi mengakui bahwa wartawan Jamal Khashoggi dibunuh secara kejam di dalam konsulatnya di Istanbul.
“Dan di bawah sistem pengawasan pria yang menindas, perempuan Arab Saudi memerlukan izin dari pria untuk melakukan perjalanan, belajar, mendapatkan paspor, menikah dan terlibat dalam peristiwa kehidupan lainnya.”
Hak asasi manusia
Baru-baru ini, Kanada memberikan suaka kepada Rahaf Mohammed al-Qunun, remaja Saudi yang melarikan diri dari rumahnya dengan mengatakan dirinya harus melakukan itu agar tidak disiksa keluarganya.
Rezim Saudi juga dikecam karena pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi, Istanbul, Turki pada bulan Oktober 2018.
Masalah penting lain adalah perang tiga tahun yang dilakukan pemerintah Saudi di Yaman, yang menyebabkan sekitar 85.000 anak-anak balita mengalami kurang gizi parah, menurut LSM Save The Children.
Lana del Rey.Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionLana Del Rey memiliki 12 juta penggemar di Instagram.
Israel dalam sorotan
Kontroversi terbaru terjadi setelah kampanye boikot berhasil memaksa dua seniman besar -penyanyi Selandia Baru Lorde dan bintang AS Lana del Rey- membatalkan rencana konser di Israel.
Para pegiat mendesak para artis untuk memboikot Israel terkait dengan perlakuannya terhadap Palestina.
Lana Del Rey mundur pada saat-saat terakhir untuk muncul di Festival Meteor, yang diadakan pada bulan September di sebuah kibbutz di Israel bagian utara.
Pemenang Grammy Lorde juga membatalkan rencana konser pada bulan Juni 2018 di Tel Aviv, setelah adanya kampanye media sosial pendukung Palestina yang dipicu oleh surat terbuka sejumlah penggemarnya.
Minggu ini, sejumlah tokoh budaya Inggris, termasuk perancang pakaian Vivienne Westwood, musisi Peter Gabriel dan pembuat film Mike Leigh, menandatangani sebuah surat mendesak BBC untuk membatalkan liputan perlombaan lagu Eurovision yang akan diadakan di Israel pada bulan Mei 2019.
“Eurovision kemungkinan dipandang sebagai hiburan ringan, tetapi acara ini tidak bisa dilepaskan dari pertimbangan hak asasi manusia dan kita harus memperhatikan pelanggaran sistemik Israel terkait dengan hak asasi manusia Palestina,” demikian isi surat tersebut.
Israel menjadi tuan rumah tahun ini karena kemenangan penyanyinya Netta Barzilai pada tahun 2018.
Nick Cave di Glastonbury 2013.Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionNick Cave mengatakan pemboikotan budaya Israel “penakut dan memalukan”.
Pemboikotan yang memalukan
Tetapi meskipun tercatat sejumlah keberhasilan pemboikotan, tidak semua seniman bersedia mengubah tanggal turnya karena alasan politik.
Pada bulan November 2017, bintang Australia Nick Cave tetap melakukan konser di Tel Aviv.
Dia mengatakan pemboikotan kebudayaan terhadap Israel sebagai tindakan seorang “penakut dan memalukan”.
“Saya tidak mendukung pemerintahan saat ini di Israel, tetapi saya juga tidak menerima pandangan bahwa keputusan saya main di negara itu sebagai dukungan tersirat terhadap kebijakan pemerintah,” tulis Cave, sambil menambahkan LSM-nya menghimpun £150.000 atau Rp2,7 miliar untuk Palestine Hoping Foundation.
Pada bulan Juli 2017, Radiohead juga tetap melakukan konser di Tel Aviv.
Penyanyi utamanya Thom Yorke mengatakan, “Bermain di sebuah negara tidak sama dengan mendukung pemerintahannya. Kami tidak mendukung Netanyahu sama seperti dengan Trump, tetapi kami tetap pentas di Amerika.”
PHP Dev Cloud Hosting

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6 Komentar

  1. Ping-balik: Saphir Thailand
  2. Ping-balik: ระบบ ERP
  3. Ping-balik: Stripchat tokens
  4. Ping-balik: live chat
  5. Ping-balik: อย จีน