Nabire, BumiofiNavandu – Puluhan tenaga kesehatan (Nakes) yang terdiri dari Dokter, perawat dan staf, tenaga honor Pemkab, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire melakukan aksi mogok kerja pada siang Rabu siang (30/6/2021) sekitar pukul 11.00 hingga 15.00 WIT.
Para Nakes siang itu meminta Direktur RS Nabire, Dokter Andreas Pekei, untuk menghadirkan Penjabat Bupati Nabire, Dokter Anton Tony Mote guna memberikan penjelasan tentang belum terbayarnya honor dan intensif pegawai yang sudah menunggak selama enam bulan terhitung Januari 2021.
Direktur RS Nabire, Dokter Andreas Pekei menjelaskan, selama enam bulan berjalan. Tuntutan dimaksud adalah intensif DAN, intensif dokter, intensif resiko, uang jaga dokter yang belum dibayar Pemkab Nabire.
“Aksi ini tidak seharusnya tidak boleh sampai terjadi. tapi karena sudah terlalu lama sehingga nakes tidak menahan diri dan emosi. Karena mereka harus melayani keluarga mereka,” jelas Dokter Pekei.
Menurutnya, akibat aksi ini, pasien diabaikan selama beberapa jam. para nakes mogok dan tidak mau memberikan pelayanan. Dokter Pekei merasa ibah dengan pasien, tetapi dia juga prihatin terhadap anak buahnya.
Keseluruhan Nakes di RSUD Nabire, terdiri dari ASN (Dokter, perawat, staf) sebanyak 339 orang dan honorer Pemkab sebanyak 239 orang.
“Kasian Pasien, mereka diabaikan dan tidak boleh ini terjadi. tapi nakes juga menuntut haknya,” tuturnya.
Lanjutnya, persoalan intensif nakes di RS bukan hal baru. Sebab sebelumnya selalu terjadi aksi serupa. Sehingga, perlu ada kejelasan dari Pemkab apakah ingin membayar hak nakes atau tidak.
“Kita juga bosan, dari tahun ke tahun selalu demo baru dapat intensif. Jadi kalau mau kasih kasih, tidak ya tidak. kami minta kejelasan Pak Penjabat Bupati,” lanjut Pekei.
Sementara itu, PJ Bupati Nabire, Dokter Anton Tony Mote menjelaskan, sehari sebelumnya telah dibahas hal tersebut bersama tim tim anggaran pemerintah daerah (TAPD). Namun dana yang ingin digunakan untuk pembayaran bersumber dari anggaran Covid-19.
Sehingga, PJ Anton Mote tidak berani untuk mengambil langkah itu. Ia kemudian memerintahkan tim untuk mencari anggaran dari sumber lain. Sebab sesuai dengan aturan bahwa dana covid tidak boleh digunakan untuk pembelanjaan lain.
“Kami sudah bahas dengan tim TAPD kemarin. Tapi anggarannya mau diambil dari cana covid maka saya tidak mau ambil resiko. Ini kita menyalahi aturan,” jelasnya.
Untuk itu dokter Mote meminta kepada para nakes untuk bersabar beberapa hari kedepan. agar Pemkab dan tim TAPD mencari sumber dana yang jelas untuk membayar hak para nakes.
“Jadi saya mohon dengan sangat. Kami akan rapat lagi dengan tim lalu membayar hak-hak kalian,” pungkasnya.
Aksi ini sempat diwarnai saling dorong antara nakes dan ajudan Penjabat Bupati. Pasalnya, seorang pria yang istrinya hendak melahirkan tidak mendapat pertolongan dari bidan. Padahal, Ia ingin menyampaikan sesuatu kepada dokter dan bidan namun dihalangi oleh ajudan PJ Bupati.
Aksi saling dorong dan perkelahian pun nyaris terjadi, sebelum akhirnya bisa dilerai oleh nakes lainnya.
Pria yang tidak menyebutkan namanya ini kemudian diberi waktu untuk menyampaikan keluhannya. “Saya minta dengan hormat, istri saya mau melahirkan tetapi tidak ada bidan. Ketuban sudah pecah, tolong saya bidang,” kata Pria itu lalu pergi.(Red)