Ilustrasi covid-19 – Pixabay.com. |
Nabire, BumiofiNavandu – Juru bicara tim gugus tugas penanganan covid-19, RSUD Nabire, Dokter Toto Suprapto, MM mengatakan, sebanyak 83 orang tenaga kesehatan (Nakes) di rumah sakit ini dinyatakan terkonvirmasi covid-19. Maka dengan meningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir, mengakibatkan tenaga medis telah kewalahan dalam menangi pasiennya.
“Kami kewalahan apalagi saban hari kasus terus bertambah, gelombang pertama Tahun lalu tidak seberat ini,” kata dokter Toto ketika dihubungi melalui selulernya pada Rabu, (21/07/2021).
Dokter Toto menjelaskan, nakes yang terkonformasi berasal dari hampir semua ruangan pelayanan di RS. Seperti staf kantor 2 orang, ruang isolasi 4 orang, ruang ICU 2 orang, polik 17 orang, IGD 14 orang serta beberapa ruangan lainnya yang totalnya mencapai 83 orang. Dari jumlah itu, sebagian nakes dengan gejala ringan diwajibkan untuk melakukan isolasi mandiri dirumahnya masing-masing. Sementara sebagian yang dengan gejala sedang dan berat, telah menjalani isolasi atau perawatan di rumah sakit.
“Jumlah Nakes di RS yang sedang menjalani rawat inap ada 42 orang dengan gejala sedang sampai berat,” jelasnya.
Terkiat peralatan seperti fentilator dan sebagainya menurutnya, khusus untuk fentilator sebagian mengalami kerusakan, sehingga alat bantu hanya menggunakan oksigen. Namun oksigen yang digunakan di RS Nabire merupakan hasil produksi sendiri, yang kemampuan mesin produksinya rata-rata hanya mencapai 60 tabung perhari. Sehingga, dengan meningkatnya kasus menyebabkan mesin penghasil oksigen dipaksa untuk menggenjot produksi oksigen hingga 80-90 tabung perharinya.
Dokter Toto bilang, masalah oksigen telah Ia sampaikan kepada tim gugus tugas kabupaten untuk diteruskan kepada Bupati tentang permohonan penambahan tabung oksigen. Selain itu, dua perusahaan penghasil oksigen di Nabire telah dihubungi namun kedua perusahaan tersebut dikabarkan mengalami kerusakan mesin.
“Kami khawatir jangan sampai mesin terus dipaksa, berakibat rusak lama kelamaan. Kami harap ada bantuan dari Pemkab Nabire, oksigen, oksigen ini tolong sekali lagi,” tuturnya.
Lanjutnya, kesulitan lain yang dihadapi RS Nabire dalam pelayanannya adalah perdanaan, apalagi dana yang bersumber dari BPJS Covid-19 belum terbayarkan. Sementara RS Nabire juga melayani pasien KPS (Kartu Papua Sehat) hampir 50%.
Sehingga pendayaan yang bersumber dari BPJS saat ini, juga digunakan untuk membiyayai pasien KPS. imbasnya adalah biaya yang terbatas untuk pembelian obat-obatan, APD dan keperluan RS lainnya.
“Apalagi RS Nabire bukan hanya layani pasien dari Nabire, tetapi sebagai RS rujukan di wilayah Meepago yang pasiennya berasal dari beberapa Kabupaten seperti Paniai, atau Deyai dan Dogiyai,” lanjut Dokter Toto.
Untuk itu, ia berharap kepada masyarakat di Kabupaten Nabire untuk wajib dan taat dalam menjalani protokol kesehatan. “Prokes itu utama selain vaksin, tolong masyarakat ikut aturan” harap dokter Toto.
Menanggapi hal tersebut, Ketua komisi A DPRD Nabire bidang Pemerintahan, Marcy kegou mengakuh, telah bertemu dengan Direktur RS Nabire belum lama ini dan membahas persoalan tentang keterbatasan peralatan, seperti oksigen dan lainnya yang dihadapi RSUD.
“Saya beberapa hari lalu ketemu direktur RS dan bahas beberapa hal tentang penanganan covid-19 di sana,” ungkap Kegou.
Sehingga komisi A berencana setelah kegiatan kunjungan kerja (kunker) nanti, akan mengundang pemerintah dan dinas kesehatan untuk membahas bagaimana jalan keluar untuk membantu RS Nabire dalam melayani pasien. Selain itu, Kegou juga berencana untuk membangun komunikasi dengan pemkab Paniai, Deyai dan Dogiyai untuk bersama-sama mencari jalan keluar untuk membantu RS Nabire. sebab saat ini, RS Nabire bukan hanya mengurus pasien dari Kabupaten Nabire tetapi ada pasien dari kabupaten di wilayah Meepago.
“Nanti setelah kunker kami undang Bupati dan Dinkes termasuk RSUD untuk sama-sama mencaru solusi untuk mengatasi persoalan itu, termasuk harus berkoordinasi dengan kabupaten Paniai, Deyai dan Dogiyai,” pungkasnya.(Red)