Hasil panen kangkung Djasmin di Kampung Wadio, Nabire Barat, kemarin – Dok Djasmin untuk BumiofiNavandu. |
Nabire, BumiofiNavandu – Petani di Kabupaten Nabire-Papua, kembali mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi. Pasalnya, mereka (petani) merasa pupuk nonsubsidi sedikit mahal sehingga terkadang merugi di saat panen.
“Pupuk subsidi susah (sulit) dapat. Ini sudah mau lima bulan, ungkap Welem Muyapa, petani di Kampung Wanggar Sari, Distrik Wanggar Kabupaten Nabire,Papua via selulernya, Jumat (16/07/2021).
Kata Welem, dia terpaksa menggunakan ke pupuk nonsubsidi yang harganya dua kali lipat (lebih mahal). Pupuk yang dituhkan Welem adalah NPK untuk tanamannya, padahal jika pupuk non subsidi hanya seharga Rp130 ribu sekarung atau 50 kilogram.
Dia terpaksa menggunakan pupuk nonsubsidi dengan Rp250 ribu per karungnya.
”Jadi untuk satu lahan kalu yiga karung kita pakai maka harus siapkan Rp750 ribu,” kata Welem.
Menurutnya, seharusnya dia tidak mempersoalkan harga pupuk nonsubsidi jika merasa untung di masa panen. Akan tetapi, terkadang hasilnya tidak sama dengan yang diharapkan, terkadang hanya kembali modal tanpa meraup untung.
Selain itu, Welem merasa merugi lantaran tidak hanya satu komoditi yang ditanam tetapi beragam komoditi, misalnya jagung, sayuran serta padi.
“Itulah suka duka menjadi petani, kadang untung dan kawang rugi. Apalagi saya tidak taman satu komoditi tapi ada beberapa, jadi kalau pupuk nonsubsidi, ya siap untuk kecewa atau sebaliknya,” tutur Welem kecewa.
Terpisah, Djasmin petani di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat juga mengeluhkan hal serupa. Dia mengaku sudah mengecek ke sebagian besar petani di Nabire namun mengalami kesulitan serupa untuk mendapatkan mendapat pupuk bersubsidi.
“Pupuk susah kalau subsidi sudah beberapa bulan ini,” kata Djasmin.
Menurutnya, jika tidak mendapatkan pupuk subsidi, Ia terpaksa beralih ke pupuk non subsidi walaupun harganya sedikit mahal.
Djasmin bahkan mengakuh, pupuk nonsubsidi terkadang susah untuk mendapatkannya. Jika demikian, ia kemudian memesan dari beberapa rekannya di Kampung lain. Misalnya di Topo, Distrik Uwapa atau di Kampung Wanggar Makmur, Distrik Wanggar.
“Susah (mendapatkan) pupuk subsidi atau bahkan tidak kebagian. Jadi, biasanya pesan dari teman tapi untuk ongkos mobilnya satu karung Rp50 ribu. Jadi kalau harganya pupuk Rp250 maka totalnya Rp300 ribu per karung,” pungkasnya.
Keduanya berharap agar penentu kebijakan di Nabire dapat memperhatikan keluhan para petani untuk kelangkaan pupuk. Karena hal ini dirasakan hampir di seluruh Nabire.(Red)
17 Komentar