Kepala sekolah SMA N 2 Nabire, Ronald Manibuy – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu.id – Proses belajar mengajar tatap muka di SMAN 2 Nabire, Papua, pada semester genap Tahun Ajaran 2020/2021 telah berjalan sejak 7 Januari. Sementara, pendaftaran ulang sudah dilaksanakan dari 4 hingga 6 Januari 2021, yakni untuk kelas X pada tanggal 4, kelas IX pada tanggal 5, dan kelas IIX pada tanggal 6 Januari 2021.
Kepala sekolah SMA N 2 Nabire, Ronald Manibuy mengatakan, proses belajar tatap muka ini menerapkan protokol kesehatan (prokes) covid-19 dengan prinsip 3M, mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker.
Kemudian, siswa mengikuti shift atau waktu belajar, yakni untuk kelas X dibagi dua shift, yakni biasanya satu kelas dibagi dua dari 30 menjadi 15 orang. Maka dengan jumlah kelas X sebanyak 6 kelas dan dibagi 12 kelas. Sehingga, kelas X masuk hari Senin dan Kamis, kelas IX hari Selasa dan Jumat dan kelas IIX di hari Rabu dan Sabtu.
“Jadi dari kelas X-IIX kami bagi dua untuk satu kelasnya,” ujar Manibuy ketika ditemui awak media di sekolahnya pasa Rabu (13/1/2021).
Menurutnya, sesuai prokes dari Kemendikbud maupun Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten bahwa siswa semenjak dari rumah ke sekolah sudah harus menggunakan masker.
Setibanya di sekolah akan diperiksa oleh guru piket, mengukur suhu tubuh, mencuci tangan sebelum masuk kelas. Kemudian, siswa tidak diberikan waktu istirahat seperti sekolah normal, tetapi akan ada waktu lima menit usai pelajaran pertama untuk relaksasi, lalu dilanjutkan lagi untuk proses belajar.
“Jadi proses belajarnya dari pukul 07.00-11.30,” tuturnya.
Untuk kendala dalam proses tatap muka jelas Manibuy, sebelumnya sudah berkoordinasi dengan Satgas Covid, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten guna membahas boleh dan tidaknya tatap muka dilaksanakan. Ini termasuk persetujuan orang tua murid.
Sebab dengan keadaan normal dan tidak normal pengaruhnya sangat besar, sehingga kreatifitas sangat penting bagi siswa dan guru untuk bagaimana bisa memaksimalkan semua potensi terkait materi pelajaran yang ada.
“Jadi setelah semua koordinasi sudah oke, barulah kami laksanakan. Lalu shift yang sudah dibagi ke siswa nantinya dua hari bebas, akan siswa gunakan untuk konsultasi dengan guru tentang pelajaran yang mungkin belum dimengerti,” jelasnya.
Titi Sri Handayani |
Sementara, Titi Sri Handayani, guru sekolah tersebut mengatakan, di masa pendemi berbeda dengan sebelumnya. Terlebih pengetahuan dan daya tangkap murid berbeda-beda, apalagi jam pembelajarannya terbatas.
Sehingga, untuk memacu kreatifitas belajar siswa, sebagai guru, Ia selalu menekankan perlunya semangat siswa untuk belajar.
“Sehingga kami murid kami jadikan teman untuk bertukan pikiran tentang kesulitan dalam proses pembelajaran. Maka kami anggak mereka teman dalam masa sulit ini,” tambahnya.(*)