Nabire, Bumiofinavandu – Alumni sekolah Yayasan Persekolahan Kristen (YPK) Nabire sedang melakukan pengecetan dan perbaikan tugu Pdt. Isaak Samuel Kijne yang terletak di samping Kantor Klasis GKI Nabire jalan Merdeka-Nabire.
“Alumni YPK sedang melakukan pengecetan dan perbaikan prasasti,” ujar Barnabas Watofa di Nabire. Kamis (15/10/2020).
Ia menjelaskan pengecetan dan perbaikan ini lantaran warna sudah pudar. Selain itu, prasasti telah dirusak oleh oknum tidak bertanggungjawab. Sehingga, rangkaian kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT GKI 20 Oktober nanti. Prasasti yang dirusak menggunakan martelu (palu). Dan martelu itu sitaruhnya di samping prasasti dan sudah disimpan di kantor klasis.
“ini dalam rangka HUT GKI. Dan kami harus memesan ulang prasasti karena ada yang pukul kasih pecah tapi kami akan berdoa untuk dia. Saya heran kenapa sampai begini tapi tidak apa-apa, kami sudah pesan baru,” jelas Watofa.
Monumen yang diresmikan pada 25 juli 2019 ini oleh, menurutnya, sejarah membuktikan bahwa GKI ketika dipimpin oleh ketua Sinode ke-7 Pdt. I S Kiijne telah meletakan sadar peradaban orang Papua untuk membaca, menulis dan berhitung. Dan, I S Kijne juga telah meninggalkan empat buka di Tanah Papua yakni Buku Mazmur, Nyayian Rohani, Suara Gembira seruling emas dan buku Efata (kateketisasi).
“Karena dialah yang eletakkan peradaban di Papua sudah berbuah. maka kehadiran monument itu untuk menghargai jasa beliau, bukan menyembah. Bahkan I S Kijne juga yang meletakan dasar di Tanah Papua sebagai embrii cikal bakal GKI,” tutur Watofa.
Sehingga apa yang sudah ditinggalkan oleh para pendahulu, perlu dijaga dan dilestarikan oleh generasi muda.
“Mari kita pelihara sebagai asset rohani atau asset wisata sebab bukti catatan sejarah di Tanah Papua,” pesan Wafoto.
Koordinator pengecetan, Kartini Waibosi menurutkan bahwa alumni sudah melakukan perbaikan dan pengecetan sejak sabtu lalu. “Kami sudah kerja sejak sabtu kemarin. Karena ini adalah bukti kepedulian alumni terhadap GKI dan YPK khususnya di Nabire,” tutur Waibusi.(Red)
10 Komentar