Guru SD Inpres Siriwini, Nabire, Papua saat memberikan dan menerima hasil tugas dari muridnya – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu – Lusy Runggaweri (36) khawatir bila Tahun depan anaknya belum lancar membaca. Ia mengaku, tidak memiliki kecakapan khusus layaknya seorang guru untuk mengajarkan anaknya yang duduk di bangku SD kelas 1 untuk membaca.
“Anak saya belum lancer membaca. Karena saya tidak punya skil (keterampilan) khusus untuk ajar anak seperti gurunya di sekolah,”ujar Runggaweri di Nabire. Senin (5/10/2020).
Runggaweri mengatakan, walaupun anaknya sudah bisa menghafalkan satu demi satu abjad, namun agak sulit dalam menguruhnya untuk membaca. Kendalannyya adalah buah hatinya belum serius, ingin bermain, layaknya anak-anak pada umumnya. Iapun tidak bisa memaksakan anaknnya untuk serius belajar, lebih-lebih karena tidak sama perlakukan guru di sekolah dan orang tua di rumah.
Jika dipaksakan belajar, anaknya tidak fokus, mengatakan capai, soal yang diberikan oleh guru di sekolah dan betbagai alasan lainnya.
Lusy juga selalu berupaya untuk mengajarkan anaknya bernyayi dan menggambar. Tentunya, kesulitan akan dihadapi mengingat cara orang tua mendidik berbeda dengan guru dalam memberikan pelajaran.
“Kami tiap pagi ambil tugas ke sekolah. Setelah kembali langsung kerja dan mengenal huruf. Tapi anak saya bilang capai, mau main dan sebagainya. Kadang saya tegas, tapi kan tidak sama kalau mereka belajar di sekolah dengan guru,” kata ibu, yang anaknya sekolah di SD Inpres Siriwini ini.
Ia menginginkan agar sekolah kembali seperti biasa yakni melaksanaakan tatap muka dan belajar di sekolah. Sebab jika mengharapkan belajar di rumah atau daring, hasilnya sudah pasti tidak akan maksimal. Belum lagi pembelajaran daring akan lebih merepotkan sebab tidak semua orang tua memiliki handphhone android, ditambah jaringan internet yang sering tidak stabil.
“Apalagi anak kelas 1 mau belajar online maka belum tentu. Tetapi, kalau masuk kembali ke sekolah apakah semua orang akan mematuhi protokol kesehatan, kan tidak karena banyak yang abaikan. Jujur saja sedikit pusing soal anak belajar ini,’ uangkap Lusy.
Arina Wati, seorang ibu tiga anak warga Kampung Samabusa Distrik Teluk juga mengeluhkan hal serupa. Ia mengaku sedikit repot dikalah mengajarkan anaknya yang masih kelas 1 SD. Namun ini merasa terbantu oleh anaknya yang kini duduk di kelas 3 SMP karena bisa membantu mengajar adiknya untuk membaca.
Repotnya kata dia, Handphone android yang dikiliki keluarganya hanya satu. Sehingga, agak merepotkan kalau jadwal belajar daringnya besamaan.
“Tidak terlalu repot karena anakku yang tua bantu ajar adiknya membaca. hanya kendalanya karena HP hanya satu dan dipakai untuk 3 orang, jadi pas repot kalau jadwalya sama,” Wati.
Warga RT 14 Kampung Samabusa, Distrik Teluk Kimi Ini, mengakuh punya cara tersendiri dalam mendidik anaknya dimasa pandemi. Baginya, anak tidak perlu dipaksakan untuk belajar sebab di rumah berbeda dengan di sekolah. kecuali jadwal belajar online atau mengerjakan tugas maka itu diharuskan.
“Intinya saya tidak paksa mereka belajar. Tapi kalau kerja tugas atau jam daring itu wajib, akan tetapi kembali lagi bahwa kami hanya punya satu Hp,” tutur Wati (30) Tahun.
Samsuryati, Warga Kampung Kaladiri, Distrik Wangar, juga mengakuh repot dalam menuntun anaknya belajar. Kata dia, pelajaran atau tugas yang diberikan guru untuk anaknya tidak 100 persen. Artinya tidak semua materi diberikan namun setengah.
Sehingga butuh internet untuk mencarikan pelajaran kepada anaknya untuk melengkapi. Belum lagi anaknya yang kini duduk di kelas 6 SD yang banyak seklai ketinggalan pelajaran.
“Jadi kami coba untuk buka internet dan kebetulan ada aplikasi belajar di sana. setelah kita download bisa tetapi kalau mau masuk b=harus berbayar dulu, jadi sama saja bohong,” kata ibu 40 Tahun ini.
Ia berharap, jika pandemi masih berlanjut maka pemerintah harus meluncurkan aplikasi khusus yang gratis agar anak dan orang tua dapat mendownload gratis tanpa harus dibayar.
“kalau saya minta begini, pemerintah pusat atau daerah harus menyiapkan satu aplikasi yang didalamnya sudah ada semua mata pelajaran. Jadi kami tinggal mengakses untuk anak belajar, kalau bisa gratis,” harapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire, Yulianus Pasang menghimbau kepada seluruh orang tua murid agar membatu guru dalam mendidik anak-anaknya.
Dan kepada para guru agar selalu mengontrol murid-muridnya dan mengingatkan orang tua agar bersama-sama membantu anak untuk belajar.
“ini masa sulit. Kami minta orag tua harus aktif dan tuntun anak belajar. Kita tidak bisa mengharapkan guru 100 persen karena covid tambah naik di Nabire. tapi guru juga jangan malas tau tapi harus control,” imbuhnya.(Red)