Salah satu Kapal Pelini berlabu di pelabuhan Samabusa Nabire sebelum Pandemi covid-19 – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu – Kepala Cabang Pelni Nabire, Suyatno, menuturkan, pihaknya akan memperketat pengawasan terhadap arus penumpang turun naik menggunakan Kapal putih jika akses pelabuhan laut di Nabire sudah di buka kembali.
Termasuk jumlah penumpang yang nantinya, Pelni hanya akan menerima sebanyak 50 persen penumpang dari kapasitas tempat tidur di kapal.
“Yang jelas kalau sudah diizinkan Pemerintah Daerah, maka kami tentunya akan perketat pengawasan. Mulai dari pembelian tiket hingga saat berada di dalam kapal. selalu menggunakan masker dan menjaga jarak. Termasuk jumlahnya penumpang yang nantinya dibatasi,” ujar Suyatno ketika dihubungi melalui selulernya pada selasa, (22/9/2020).
Dia mengatakan, Pelni sifatnya hanya menunggu sinyal dari Pemkab Nabire sampai diizinkannya akses pelayaran. Saai ini menurut Suyatno, hampir semua kapal milik Pelni yang berlayar di wilayah Papua dan Papua Barat sudah beroperasi, hanya sana Nabire yang belum diizinkan.
Seperti KM Tidar yang saat ini tujuan terakhir di Manokwari, KM Gunung Dempo dan KM Labobar dengan tujuan akhir di Jayapura.
“Jadi sekali lagi Pelni selalu siap jika sudah dibolehkan oleh Pemerintah. Kami hanya tunggu kepastian dari Bupati. Jadi kalau sudah ada kabar lanjutkan ke Pelni Pusat untuk memberikan rekomendasi agar kapal kembali masuk Nabire,” kata Suyatno.
Untuk itu, Ia meminta kepada masyarakat agar menunggu kebijakan Pemerintah Daerah dalam mengizinkan kembali beroperasinya kapal di pelabuhan Nabire.
“Kita semua bersabar. Tentunya ini bagian dari perlingungan kepada masyarakat oleh Pemda,” harap Suyatno.
Tepisah, Legislator Nabire, Sambena Inggeruhi, menambahkan bahwa pemerintah harusnya meninjau kembali kebijakannya agar akses transportasi laut kembali beroperasi.
Menurutnya, penutupan pelabuhan tidak berdampak terhadap covid lantaran jalur darat Manokwari Nabire lantar-lancar dengan mengunanak mobil.
“Dampaknya tidak ada. Pelabuhan tutup tapi jalan darat tidak ada hambatan, termasuk perahu-perahu dari manonwari PP dan serui PP dan kasus terus meningkat,” tutur Inggeruhi.
Menurutnya, dampak yang paling buruk adalah segi ekonomi terutama para petani jeruk. Sebab petani hanya akan merasa diuntungkan jika kapal putuh masuk Nabire, dibandingkan dengan penutupan pelabuhan maka petani menderita.
“Petani jeruk ini sangat berdampak. Bayangkan saja berapa orang beli jeruk untuk pemasaran lokal mereka dibandingkan dengan kapal masuk,” tutur dia.
Sebelumnya, Bupati Nabire Isaias Douw mengatakan bahwa untuk jalur laut, pihaknya belum berani untuk membuka. Hal ini lantaran diyakini sulit untuk mengontrol dan mengendalikan penumpang.
Mengingat, Nabire adalah pintu gerbang keluar masuk di wilayah Meepago. Maka penumpang melalui jalur laut tidak hanya tujuan Nabire, tetapi juga ke Meepago. Sehingga sangat berbahaya jika bila sampai kecolongan.
Sehingga keputusan ini adalah guna melindungi dan menyelamatkan masyarakat di wilayah Meepago agar terbebas dari Corona.
“Jadi saya minta kepada TNI/Polri serta seluruh pihak untuk membantu menjaga jalur-jalur masuk baik lewat laut maupun darat. Ini untuk keselamatan ribuan rakyat baik di Nabire maupun wilayah Meepago,” Lanjut Isaias.(Red)
peaceful space