Nabire, Bumiofinavandu – Puluhan orang dari berbagai elemen, baik mahasiswa dan masyarakat gabungan Orang Asli Papua yang tergabung dalam Solidaritas Front Rakyat Papua Tolak Otsus Jilid II Kota Sorong menggelar unjuk rasa di depan Mall Ramayanya pada Kamis (10/9/2020). Mereka dengan tegas menolak rencana Pemerintah untuk melanjutkan otsus jilid II.
“Tuntutan kami hari ini hanya satu, bahwa dengan tegas kami ‘tolak otsus’, jilid II,” ujar Koordinator aksi, Apei Tarami via selulernya pada kamis, Kamis (10/9/2020).
Dikatakan, alasan utama untuk menolak otsus lantaran pihaknya menilai bahwa otsus yang seharusnya yang berpihak kepada rakyat Papua tidak dijalankan sesuai amanatnya.
Otsus juga dinilai hanya pandang dari besaran anggaran dan pembangunan (fisik) padahal banyak amanat didalamnya yang harus dilaksanakan. Sementara pembangunan terhadap hak-hak masyarakat tetapi selalu diabaikan.
“Siapa yang rasakan Otsus? Hanya pejabat-pejabat, semantara masyarakat? Apakan otsus hanya di nilai dari uang? Kan tidak! hak masyarakat tidak diakomodir dalam penerapan otsus. Jadi sekali lagi kami tolak,” kata Tarami.
Aksi yang melibatkan puluhan masyarakat Kota Sorong ini lanjut Tarami, tidak ditunggangi oleh kepentingan politik dari kelompok manapun namun murni aspirasi Rakyat Papua.
Ia menilai bahwa banyak aksi penolakan otsus terjadi di mana-mana oleh kelompok yang mengatas namakan Papua. tetapi, diyakini ada kepentingan politik dibalik maraknya aksi penolakan.
“Ini murni aspirasi Rakyat. Kami tidak seperti kelompok lain yang mengatas namakan Papua tetapi ada kepentingan lain dibalik itu,” lanjutnya.
Ia menambahkan, ini meruakan aksi awal yang lakukan oleh Solidaritas Front Rakyat Papua Tolak Otsus jilid II Kota Sorong. Ini tidak berakhir sampai di sini tetapi akan terus mengagendakan untuk menolak perjalanan Otsus di Tanah Papua yang sebentar lagi akan berakhir di 2021.
“Jadi kami akan terus menyuarakan bahwa otsuss bukan solusi demokrasi, tetapi reverendum,” tambah Tarami.
Sekretaris Korlap, Demianus Assem, menambahkan aksi penolakan otsus ini mengharapkan agar diberikan Berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi paling demokratis.
“Ada beberapa tuntutan dalam orasi yang kami lakukan,” Tambah Assem.
Assem juga berterima kasi kepada aparat keamanan yang mengawal aksi dan berjalan lancer hingga selesai.
“Kami masukan surat pemberitahuan. Dan puji Tuhan berjalan aman. Kami juga berterima kasih kepada pihak keamanan yang mengawal jalannya aksi,” ujarnya.
Lima tuntutan lain dalam agenda aksi adalah sebagai berikut :
1. Kami menolak dengan tegas perpanjangan pemberlakuan otonomi otsus jilid II dalam bentuk dan nama apapun di Tanah west Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat).
2. Menolak segala bentuk kompromi sepihak serta agenda-agenda pembahasan dan keputusan yang tidak melibatkan rakyat papua yang selaku subjek dan objek seluruh persoalan di papua.
3. Segera kembalikan ke Rakyat papua untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri apakah menolak menerima otsus atau merdeka sebagai sebuah bangsa.
4. Kami mendukung suara 1,8 juta rakyat papua yang telah menandatangani petisi pada tahun 2017 yang meminta supervisi internasional dalam penentuan sendiri melalui referendum.
5. jika tuntutan ini tidak ditanggapi maka kami akan melakukan mogok sipil nasional secara damai diseluruh wilayah West Papua.(Red)