Kepala Dinas Pendidikan Nabire, Yulianus Pasang – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu.Id – Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire masih tetap memberlakukan proses pembelajaran daring dan tatap muka di sekolah-sekolah. Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Nabire, Yulianus Pasang mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka sudah dilaksanakan oleh SMP, SMA/SMK sejak sebulan terakhir berdasarkan serat keputusan Bupati.
Sementara belajar daring dari rumah bagi TK dan SD masih tetap diberlakukan. Namun pihaknya sedang persiapan dan SK Bupati guna menerapkan pembelajaran tatap muka dengan meminta rekomendasi dari tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19 seperti yang sudah diterapkan bagi SMP, SMK/SMK.
“Kita di Nabire masih tetap berlakukan dua proses pembelajaran, artinya belum 100% belajar tatap muka,” kata Kadis Yulianus Pasang saat ditemui di halaman Kantor Bupati Nabire pada senin (31/8/2020).
Di Nabire menurut Pasang, proses belajar daring diyakini belum dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan. Hal ini lantaran beberapa alasan mendasar seperti jaringan internet yang belum stabil, adanya kemungkinan anak tidak belajar dan hanya bermain Hanphone bila tidak diawasi dengan baik oleh orang tua.
Selain itu, kemungkinan orang tua tidak memiliki handphone android apalagi hendak membeli pulsa, akibat kemungkinan susahnya biaya hidup.
“ini beberapa kemungkinan tidak efektif. Lebih parah kalau tidak punya handphone android, kan kasih juga dan kita tidak bisa paksa orang tua. mau beli pulsa data misalnya harus minimal Rp 150.000, belum lagi kalau dua atau tiga anak, ini kan jadi soal,” tutur Pasang.
Pasang mengungkapkan, proses belajar tatap muka untuk SMP dan SMA/SMK memang sudah berjalan normal. Tentunya dengan ketentuan petunjuk pelaksanaan sesuai protokol kesehatan dari tim covid-19.
Namun untuk TK dan SD, ia mengaku akan melakukan pertemuaan bersama para kepala sekolah dan guru. Setelah itu akan mempersiapkan panduan proses belajar dan meminta petunjuk dari tim gugus.
“Jadi kalau untuk untuk SMP dan SMA sudah tidak masalah tetapi, kita juga akan mempersiapkan proses untuk TK dan SD,” unkapnya.
Perlunya proses tatap muka dalam pembelajaran lanjut Yulianus Pasang, sebab jika hanya mengandalkan belajar daring maka diyakini anak akan buta huruf selama satu Tahun, terutama untuk murid kelas 1 dan dua SD.
Apalagi SD dan dan SMP merupakan proses paling awal dalam mendidik seorang anak. Sehingga jika salah melangkah maka tentunya akan sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
“Kami tau ini bisa saja berat bagi orang tua kalau untuk tatap muka. Tapi kalau kita biarkan sampai satu Tahun, pasti buta huruf banyak. Maka mutuh pendidikan kita akan rendah, tetapi pada intinya kita akan berupaya sebagaimana mungkin agar proses berjalan sesuai kondisi dan protokol kesehatan,” lanjutnya.
Teresia, mengakui jika dirinya masih ragu jika proses belajar tatap muka yang direncanakan oleh dinas pendidikan. Bagi SD dan TK. Pasalnya menurut dia, anak SD dan TK belum memiliki nalar dan pemahaman yang sama dengan anak di tingkat SMP dan SMA.
Sebab mereka masih kebanyakan bermain, walaupun sering akan diingatkan tetapi belum bisa sebab harus diingatkan dan dipantau terus menerus.
“Saya belum karena mereka kalau diingatkan lalu lewat 5 menit pasti berubah lagi. Apalagi ini sangat lama tidak bertemu kawan-kawannya, pasti ada kangen-kangenan. Disini mereka tidak akan mentaati protokol kesehatan,” tutur Ibu yang anaknya sekolah di salah satu SD ini terpisah.
Ia menyadari bahwa belajar daring memang tidak akan maksinal. Namun jika ada cara lain yang jitu bisa dilakukan Dinas Pendidikan dan pemerintah sehingga menunda tatap muka.
Sebab jika anak disekolah, harus butuh diawasi serius untuk selalu menjara jarak, cuci tangan dan menggunakan masker. Apalagi di Nabire pasien terpapar masih banyak walaupun diisolasi. Maka ini perlu dipikirkan dengan matang.
“Kalau bisa ada kunjungan rutin guru ke rumah ataupun dengan cara lain. Kalau tatap muka saya masih keberatan,” kata Teresia.(Red)